Aku datang dengan kepolosan, enggan kenal dengan orang
sekitar dan selalu mengundang penasaran mereka. Aku berjalan tanpa
memikirkan berapa banyak langkah yang kudapatkan, mengingat lembah ilmu
yang berserakan diatas meja-meja dan kursi, membuat palung kalbu ini
tenggelam dan enggan meraihnya. Bosan, malas dan penuh kepura-puraan
akibat gengsi yang berlebihan.Mendekaplah aku kepangkuan sang putih abu, aku merangkak dan merayap rupaya masa depanku terlihat samar-samar.
Aku
tidak peduli dengan pelajaran, aku tidak peduli dengan nasihat, aku
tidak peduli dengan guru dan melototnya. Ini adalah jamanku, masa
indahku... aku senantiasa senang bergerombol, senang bolos
bareng-bareng, senang nongkrong diwarung, karena itulah namanya
solidaritas. Aku tak pernah heran mereka senang denganku, sayang padaku,
perhatian padaku, karena kita adalah teeman.
Pertemanan
ini semakin solid karena kita telah menyatu bersama perekat alami, jiwa
dan kasih sayang. Kini aku berdiri bersamamu, angin bertiup hari itu.
Kamu terbang bersamanya, aku tidak sepemikiran denganmu, aku tak
sependapat denganmu aku mulai membencimu. Perdebatan itu menimbulkan
salah satu diantara kita tersakiti. Akhirnya aku sadar aku tak bisa
mengendalikan emosi, karena keyakinanku hanya aku yang paling benar.
Kini
aku hampir 3 tahun lamanya bersamamu, aku tak pernah bosan didekatmu
aku semakin sayang kepadmu.... akan tetapi usia kita disini cukup sampai
disini. Aku berubah, kamupun berubah, aku benci kamu, kamupun benci
aku. kenyataannya aku tak sanggup menerimamu, terus bersamamu, cukup
sudah usia kita.
Akhir menjelang ujian, aku
takut. aku gundah, aku gelisah karena akan menghadapi masa terakhir!
ujung tanduk menuju masa depan. Dan aku semakin membencimu... membawaku
untuk pergi dari indahnya ilmu. inilah ujian!!!!
Kini kita hampir menyentuh masa yang sebeanrnya... masa dimana aku berguna atau tidak. Aku dan kehidupan dimasyarakat!!!
Aku benci kamu tapi aku rindu kamu!!!